Paseban kadipaten Pati hening. Demikian hening sehingga suara burung-burung di luar paseban terdengar jelas. Keputusan Adipati Wasis Joyo Kusumo telah tegas disampaikan. Dengan lunglai, Saridin mendengarkan keputusan itu. Ia bersumpah tidak membunuh Branjung. Ia hanya menombak seekor harimau karena terancam. […] ↓ Read the rest of this entry…
Archive for Prosa
Ia memakai sepatu kets putih kusam. Bagian belakang ditekuk, hingga bisa digunakan seperti terompah saja. Celana jeans-nya butut, robek di lutut. Rambut di sebelah atas telinga dicukur tipis, bagian atas menantang langit, dan yang belakang dibiarkan panjang berkibaran. Telunjuk dan […] ↓ Read the rest of this entry…
Ia mengenali perempuan dari cara berjalan. Sesuatu yang ia sendiri sebenarnya sulit untuk menjelaskan. Itu bukan gerakan tunggal, tapi paduan gerak yang utuh sebuah orkestra yang lembut. Seperti tungkai kaki yang memimpin lalu diikuti dengan gemulai oleh paha, pinggul, pinggang, […] ↓ Read the rest of this entry…
Cerpen Y Wibisono “AKU tak bisa, Rend. Sungguh. Senin pagi aku harus siap di sana. Atau, aku harus mengulang tahun depan. Kamu tahu kan, aku ..” Suara beningnya terhenti ketika aku memegang bahunya lembut.“Demi aku Na, demi aku.” Matanya menatap […] ↓ Read the rest of this entry…