Saya baru menyelesaikan satu partai di GOR Gapensi ketika sebuah pesan BBM masuk. Dari kawan saya Pak Aulia Muttaqin. Tentu hal penting, sebab kami tak sering-sering sekali komunikasi. Ternyata kabar duka. Kawan kami, Om Inu Faizal telah berpulang pagi ini. Sejenak sayapun terduduk lemas. Almarhum tak hanya teman biasa. Ia pernah satu kantor, bahkan satu tim dengan saya lebih dari 10 tahun di perusahaan lama. Seorang junior yang lembut, tapi tak pernah takut berpikir berbeda. Saya pindah ke perusahaan yang sekarang, dan almarhum pindah ke perusahaan batu bara. Sekitar dua tahun lalu, saya mengajaknya untuk turut mengajar di perguruan tinggi. Jadilah ia dosen dari unsur praktisi.

Sayapun bergegas menuju dojang Air Hitam, memintakan ijin ke sabeum di sana bagi dua anak saya yang sedang berlatih. Sampai di rumah duka, saya segera bergabung dengan Pak Aulia dan banyak kawan lama kami. Suasana duka bercampur reuni. Di sela duka mengenang almarhum, kamipun tetap menyelinginya dengan canda ringan tapi seru tentang sepakbola. Ini juga topik yang sangat disukai almarhum. Saya mengingat betapa Om Inu ini sangat paham cinta klasik saya pada Inter Milan.

Saat masuk dan melihat wajah almarhum, saya lihat ia tersenyum. Saya pikir mungkin ia juga menikmati diskusi kami di beranda rumahnya. Selamat jalan kawan. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT.