Salah satu teknologi yang beberapa waktu cukup mengganggu saya adalah RFID (Radio Frequency Identification). Secara sederhana ini adalah teknologi identifikasi dengan menggunakan sebuah RFID tag yang menggunakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan untuk mengirimkan dan menerima data ke dan dari sebuah tag reader secara real time.
Salah satu kemungkinan yang terbayang dalam benak saya adalah penerapan untuk absensi karyawan. Sistem absensi di perusahaan tempat saya telah mengalami beberapa kali perkembangan. Pertama dengan menggunakan kartu amano, yang dimasukkan ke mesin setiap datang dan pulang. Perkembangan berikutnya adalah menggunakan magnetic-card, sebuah kartu absensi abnetik yang merangkap sebagai tanda pengenal karyawan (badge). Yang terakhir kami menerapkan sistem absensi dengan menggunakan finger-scan.
Tak ada masalah sebenarnya dengan sistem yang kami terapkan. Finger-scan telah mmemberi banyak hal kenyamanan dalam melakukan absensi serta jaminan tidak ada yang menitip absen. Siapa yang berpikir hendak menitipkan jempol ke orang lain?
Tetapi, kalau toh ada catatan adalah pada antrian. Dengan karyawan berjumlah lebih dari 3000 orang, maka kata antrian ini bermakna serius. Anda tidak boleh terlalu lama di depan mesin absen kalau tidak ingin terdorong oleh orang di belakang anda. Orang itupun tidak dapat anda salahkan, karena ia didorong oleh orang di belakangnya pula. Dalam beberapa kasus, ada orang-orang tertentu (baca: jempol-jempol tertentu) yang harus mengalami beberapa kali gagal baca sampai akhirnya berhasil. Ini bisa disebabkan oleh banyak faktor. Pertama, barangkali status register jarinya yang kurang ‘excellent’. Kedua, bisa karena suhu badan yang tak stabil. Ketiga, jarinya kurang bersih, basah, atau terlalu kering. Terakhir, mungkin jarinya yang kurang berkualitas .. (tentu saja saya bercanda!)
Masalah antrian inilah yang membuat saya berpikir ke arah RFID. Dengan teknologi RFID, maka orang tidak perlu melakukan kegiatan absensi. Begitu orang-orang melewati gerbang, identitas mereka akan terdata. Jadi mau berebut masukpun tidak menjadi masalah. Tapi, lantas saya teringat dengan urusan titip absen. Tentu saja RFID tidak bisa menjaga masalah ini.Orang bisa saja mengantongi beberapa kartu absen.
Salah satu implementasi RFID yang pernah saya baca adalah di peternakan sapi di Australia. Sapi-sapi ini dipasangi RFID tag dan monitoring terhadap mereka menjadi mudah. Ketika mereka berebutan melewati pintu kandang tak jadi masalah, karena datanya akan mampu dibaca secara cepat dan real time. Jika ada sapi yang hilang kita akan cepat tahu. Yang terpenting, tak mungkin terjadi manipulasi. Misalnya seekor sapi menitipkan kartu RFID tagnya ke sapi lain, sementara dia tidur ngorok di satu tempat tersembunyi. Barangkali, sapi lebih punya integritas.
Jadi, untuk bisa menggunakan RFID sebagai alat absensi yang efisien, integritas seluruh karyawan harus terjamin dulu! []