Orang seperti Dimas Kanjeng itu sebenarnya banyak. Kombinasi campur aduk antara bakat menipu, ketamakan, sentuhan klenik, serta kejelian memilih korban. Bedanya, ia melakukan pencapaian yang lebih besar dari sisi uang maupun pengikut.
Orang seperti Marwah Daud sebenarnya tidak banyak. Mungkin saat ini perlu ada, untuk memberikan tamparan keras bagi para akademisi dan rasionalis. Banyak dugaan liar terhadap hal ini. Ada sebagian yang meyakini bahwa satu waktu ia mungkin pernah terbentur lemari saat bangun tidur, hingga ada sebagian dari fungsi rasionalitasnya yang macet.
Ada pula sebagian yang melakukan pendekatan gender. Alasannya adalah kaum wanita lebih terbiasa menggunakan emosi, baru kemudian logika. Pria sebaliknya. Ketika menjumpai anaknya demam hebat, respons seorang ibu yang umum adalah menangis dan mendekap anaknya. Perlu waktu baginya untuk bereaksi berdasarkan logika. Sementara si ayah akan lebih tenang, segera membawa anaknya ke rumah sakit. Emosi ayah biasanya muncul belakangan, setelah melihat angka tagihan di kasir.
Mungkin, hanya mungkin saja, peristiwa munculnya uang berlimpah dari balik punggung si Kanjeng, lebih mudah memukau seorang wanita rasionalis dibanding seorang pria rasionalis. Mudah-mudahan saya tidak ditimpuk sahabat-sahabat saya yang wanita.