Dalam beberapa kisah film Hollywood, saya menjumpai beberapa kejadian menarik. Agen penyelidik yang dinilai gagal atau bandel, dihukum sementara untuk mengatur lalu lintas di sebuah perempatan jalan. Biasanya adegannya berakhir sama. Lalu lintas macet berantakan dan si agen berjalan santai menjauh sambil bersiul. Bagaimanapun, mengatur lalu lintas bukanlah kompetensinya.

Beberapa bulan terakhir ini, saya menjumpai hal yang mirip di pertigaan Bengkuring. Bedanya ini bukan agen kepolisian Hollywood, tapi seorang warga sipil yang dengan tekun berusaha sungguh-sungguh mengatur salah satu pertigaan paling kisruh di Samarinda ini. Kesungguhannya patut dihargai, di tengah terik panas dan gerimis, ia tetap berusaha mengatur. Gerakannya cukup lincah, melejit ke sana kemari. Satu-satunya masalah adalah, ia tidak bisa membedakan mana isyarat untuk berhenti dan harus berjalan. Yang dilakukannya adalah mengarahkan lampu komandonya lurus-lurus ke arah kendaraan lalu menggerakkannya naik turun. Selalu perlu waktu sekian detik untuk bisa paham. Mengamati gerakan tangannya, menyimak ekspresinya, dan memperhatikan kondisi kemacetan. Kadang-kadang ada yang keliru juga. Jika itu terjadi, si bapak ini langsung mengubah instruksinya. Yang semula diminta jalan, disuruh berhenti, dan sebaliknya. Selamat berpuasa dan selalu sehat ya, pak pengatur lalu lintas pertigaan Bengkuring