Ini memang di dunia nyata, bukan kisah Hollywood. Di film, adrenalin kita dipacu oleh para detektif swasta yang luar biasa gigih berusaha mengungkap kasus. Entah di kubu pembela atau penuntut. Dan seperti biasa, yang paling ditunggu dalam kasus kriminal bukanlah vonisnya, tetapi pengungkapan motif dan detil tindak kejahatan yang sebenarnya dilakukan. Hari ini hakim menjatuhkan vonis sebesar tuntutan jaksa, dengan menyisakan tanya besar di kepala tentang motif dan detilnya. Dan perempuan muda berbaju putih itu, yang kedip mata dan tarikan nafasnya lebih mencuri perhatian para pria di layar televisi dibanding perdebatan jaksa dan pengacara, melangkah nanar dan goyah. Tapi ini bukan kisah Hollywood, mari kita tunggu apapun endingnya.
Di saat yang sama, peristiwa hukum lain tak kalah menyentak. Tokoh sederhana itu, Dahlan Iskan, ditetapkan menjadi tersangka. Sulit untuk membayangkannya. Maka, saya hanya ingin mengutip kata-katanya yang dimuat di Kompas: “Biarlah sekali-kali terjadi seorang yang mengabdi setulus hati, mengabdi sebagai dirut utama daerah tanpa digaji selama 10 tahun, tanpa menerima fasilitas apa pun, harus menjadi tersangka yang bukan karena makan uang, bukan menerima sogokan, bukan karena menerima aliran dana, tetapi karena harus tanda tangan dokumen yang disiapkan anak buah.”
Dan di sudut bukit Samarinda ini, kudengar hujan mengguyur malam. Gemuruh dan atisnya menusuk ke hati.