Awalnya Xu Xiaodong, seorang praktisi MMA, berperang kata-kata di media dengan Wei Lei yang seorang praktisi Taichi. Xu yang dikenal sebagai petarung MMA yang brutal, dianggap melecehkan beladiri tradisional China dengan menyebut bahwa semua beladiri tradisonal itu penuh kepalsuan. Perdebatan memanas, lalu mereka sepakat untuk bertarung. Dalam sebuah rekaman yang diupload di Youtube 5 Mei 2017 (https://www.youtube.com/watch?v=V6RrxTBdJs4), nampak mereka berhadapan di sebuah aula dengan disaksikan banyak orang. Dan hasilnya, dalam hitungan 10 detik Wei Lei terkapar dengan wajah penuh darah. Wei Lei yang sedang mengembangkan teknik khusus yang dia sebut sebagai Taichi Petir terjatuh pada detik ke 10 dan Xu Xiaodong langsung menghujani wajahnya dengan pukulan brutal sebelum dihentikan wasit.

Peristiwa kekalahan Wei Lei dari petarung MMA mengejutkan dan melukai perasaan banyak orang. Wei Lei pun mengaku kalah, menyebut bahwa Taichi Petir-nya masih tahap pengembangan, tapi mengatakan kalahnya dia bukanlah ukuran bahwa Taichi kalah dengan MMA. Penggemar dan praktisi beladiri tradisional China berang dengan kesombongan Xu Xiaodong. Seorang pengusaha bahkan menawarkan bayaran tinggi bagi praktisi beladiri tradisional China yang bersedia bertarung melawan Xu Xiaodong. Orang-orang juga sangat berharap agar Yi Long bersedia meladeni Xu Xiodong. Yi Long adalah seorang petarung hebat China saat ini, dibesarkan dalam didikan keras kungfu Shaolin yang tradisional, dan beberapa kali memenangi pertarungan di arena MMA. Hingga hari ini, saya belum mendapatkan perkembangan terakhir dari Xu Xiaodong ini.

Jauh sebelum itu, dalam rekaman Youtube 3 Januari 2007 (https://www.youtube.com/watch?v=gEDaCIDvj6I), ada peristiwa serupa. Seorang master sebuah aliran beladiri tenaga dalam, dipecundangi oleh petarung MMA. Dalam tayangan awal terlihat betapa mudahnya sang master mengibaskan tangan membuat para muridnya terlempar tanpa tersentuh. Namun ternyata tenaga dalamnya tidak berpengaruh terhadap petarung MMA yang sebenarnya nampak tidak terlalu tangguh itu. Sebuah pukulan telak membuat wajahnya berdarah, dan saat kemudian dia terjatuh sejumlah pukulan dan tendangan menghajar wajahnya seperti umumnya gaya tarung MMA.

Kehadiran MMA harus diakui cukup fenomenal, menggemparkan, sekaligus membingungkan anak-anak muda. Efektivitasnya dalam pertarungan sangat mudah menggoyahkan iman para murid perguruan beladiri tradisional.

Pertarungan antara Floyd Mayweather dengan Conor McGregor sesungguhnya bukan hanya soal uang yang besar. Ada ideologi beladiri yang dipertaruhkan juga di sana. Tinju adalah olah raga beladiri yang sudah sangat tua. Kemenangan Mayweather di ronde ke-10, sungguh telah membela martabat dan kehormatan tinju. Tentu, banyak spekulasi pendapat. Ada yang menyebut Mayweather sangat terlindungi oleh aturan tinju. Beberapa kali ia dalam posisi yang sangat lemah dalam ukuran MMA. Membelakangi lawan dengan posisi leher terbuka. Tak terbayang betapa gemas hati McGregor melihatnya, tangannya sudah sangat gatal ingin mengalungkan ke leher Mayweather, menjatuhkannya sambil mencekik jalan nafasnya. Nampaknya Mayweather juga tahu hal itu, beberapa kali justru terlihat mengolok dengan membelakangi McGregor sambil tersenyum.

Sebagian orang meyakini, Mayweather akan menyerah di bawah 2 ronde jika bertarung dengan cara MMA. Dalam rekaman pertandingan MCGregor di MMA, terlihat betapa sering ia menggunakan lututnya menghajar wajah lawan setelah memberinya pukulan telak. Tapi, tentu Mayweather tidak akan bertarung dengan gaya kemarin saat di MMA. Boleh jadi, ia akan habis-habisan jual beli pukulan di ronde awal dengan McGregor. Dan misalnya terjadi, masing-masing mampu memukul 10 kali dengan telak di kepala, bisa dipastikan tinju Mayweather lebih ampuh dibanding kepalan tangan McGregor.
Ah, apapun bisa terjadi. Yang pasti mengikuti pertarungan beladiri di arena yang penuh sportivitas, jauh lebih menyenangkan dibanding mendengarkan berita tentang tawuran anak sekolah.