Beberapa hari lalu, HP saya berdering. Rupanya dari nomor operator seluler. Ia mengingatkan saya tentang tagihan pasca bayar. Sambil meminta maaf dengan sopan untuk mengabaikan jika saya telah membayar. Saya menutup telepon tanpa mengucapkan kata apapun. Pertama, tagihan itu telah saya bayar sesuai waktu. Kedua, saya tahu yang menelpon saya adalah sebuah mesin.
Sore kemarin, di tengah berbuka puasa di rumah, HP saya berdering. Kuatir ada hal penting, saya angkat. Seseorang menanyakan apakah layanan TV Cable dan internet di rumah yang saya laporkan paginya sudah normal kembali. Ia meminta saya menekan angka 1 jika sudah, dan angka 2 jika belum. Saya menekan angka 2. Ia berterima kasih sambil meminta maaf. Hingga menutup telpon, saya tidak berbicara sepatahpun. Sebab saya tahu yang menghubungi saya adalah sebuah mesin.
Ketika di 2011 Professor Wolfgang Wahlster menyebut tentang Industry 4.0 di Hannover, sesungguhnya kita sedang memasuki dunia baru.
Dalam obrolan tentang Industry 4.0, ada sebuah gambar keren yang saya sukai. Gambar yang berisi dua sosok yang sedang berdiri di pinggir jalan, masing-masing membawa tulisan bahwa mereka sedang membutuhkan pekerjaan. Sosok pertama seorang pria berpakaian rapi, ia kehilangan pekerjaan karena posisinya telah digantikan robot. Sosok kedua, adalah sebuah robot. Ia juga sedang mengeluh bahwa pekerjaannya sebelumnya telah diambil oleh robot baru yang lebih pintar. Dalam Industry 4.0, kita tak akan lagi menganggap mesin sebagai alat. Mereka adalah rekan kerja kita.
Industry 4.0 adalah sebuah “revolusi” industri, bukan perubahan kecil. Tentu akan ada kejutan-kejutan, yang tiap kita memandang dan mengalaminya dengan cara yang berbeda. Runtuhnya media konvensional, tumbuhnya angkutan online, berkembangnya bermacam industri kreatif, eksperimen autonomous car, drone yang menggantikan pekerja survey, adalah sebagian kecil hasil dari Industry 4.0.
Seperti arus sungai yang deras, Industry 4.0 ini sedang berjalan. Bukan sudah usai terjadi. Masih akan banyak kejutan-kejutan yang terjadi. Tentu penting juga untuk mengingat pesan almarhum Stephen Hawking tentang kekhawatirannya terhadap euforia artificial Intelligence.
Kembali soal HP yang berdering, saya sangat berharap sebentar lagi mesin yang menelpon saya adalah sekelas Sophia. Robot wanita penuh perasaan buatan Hanson Robotics yang pada Oktober 2017 lalu telah resmi mendapatkan kewarganegaraan dari Saudi Arabia.