Bagian 3: Tanjung Perak
Senin pagi, 13 Agustus 2012, saya menuju ke kantor PT. Prima Vista bersama istri dan si kecil Bayu. Mbak Acha dan Mas Bram memilih untuk sosialisasi di rumah neneknya. Lokasi kantor PT. Prima Vista relatif tidak jauh dari pelabuhan Tanjung Perak, di jalan Perak Timur. Di perjalanan dalam taksi, saya diam-diam menghafal arah jalan. Di kota seperti Surabaya, tak cukup mengetahui lokasi, tapi juga harus tahu persis arah jalur lalu lintas. Jika tidak, bisa runyam. Perjalanan akan berputar-putar, semakin jauh dan semakin lama.
Sampai di Prima Vista, ternyata mobil saya masih di pelabuhan. Masih sulit keluar kata petugasnya. Daripada menunggu lama di kantor mereka, saya menanyakan bagaimana jika saya ambil sendiri. Petugasnya malah senang, dan memberikan nomor kontak petugas di pelabuhan. Kamipun segera menuju ke pelabuhan Tanjung Perak yang legendaris itu.
Sampai di pelabuhan, seperti yang sudah diduga, suasana sangat padat, ramai dengan truk-truk besar yang keluar masuk dengan muatan penuh. Setelah beberapa kali kesasar, akhirnya kami bisa melihat kapal Prima Vista dan menemukan mobil kami di ujung dermaga. Kondisinya jangan ditanya, kotor sekali. Maklum, pasti di kapal dikepung oleh truk-truk dan kendaraan niaga. Saya lihat ada 3 mobil pribadi lain yang juga sedang menunggu untuk bisa keluar pelabuhan. Sayapun mencoba mempelajari situasinya. Sepertinya jika menunggu sepi kendaraan bisa sampai sore. Tapi untuk bisa keluar juga tidak mudah. Akhirnya saya menemukan ada celah untuk bisacepat keluar. Saya lihat ada mobil pickup yang disopiri oleh anak muda. Melihat cara dia mengemudi, saya simpulkan dia ini adalah tipikal pembuka jalan yang nekad. Saya datangi dia dengan wajah seramah mungkin. Kamipun salaman dan mengobrol ringan. Saya sampaikan maksud saya, saya ingin dia membuka jalan dan saya persis akan menguntit dia di belakang. Saya katakan bahwa saya yakin dia mampu untuk itu. Sambil tertawa ramah, ia menyanggupi. Ini akan jadi menarik. Berebut jalur dengan truk-truk besar, ada resiko sedikit senggolan pada badan mobil. Tapi tentu saja ia cuek saja. Dan begitulah, saya mengunti dia dari belakang, mengambil jarak yang aman. Tiba-tiba di salah satu bagian jalur dia mengambil arah yang beda. Ia memberitahu saya bahwa sebenarnya ia tidak sedang ke arah luar pelabuhan, tapi menuju ke sisi lain, dan saya terpaksa meneruskan sisanya sendiri. Sambil bersalaman ramah, kamipun berpisah jalan. Sekilas saya lihat di ujung, mobil lain yang bersama kami sebelumnya masih belum berani menerobos.
Demikianlah, berkat bantuan anak muda itu, kamipun bisa lepas dari kepungan kendaraan di Tanjung Perak. Saya langsung mengarahkan ke daerah Tambaksari, relatif lancar tanpa kesasar, karena waktu berangkat sebelumnya sudah saya hafalkan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tempat cuci mobil terdekat. Setelah itu, sisa hari akan kami gunakan untuk istirahat.[]