Jadilah kritikus, jangan pembenci. Memelihara kebencian tidak memerlukan pengakuan. Itu akan mudah sekali terbaca, walau kita berkeras menyangkalnya. Rasa benci, entah bagaimana caranya, selalu melahirkan sebuah “kecerdasan” tertentu untuk selalu mampu menemukan cara mencemooh sasaran yang dibenci.
Seorang kritikus sejati, akan selalu tajam melihat hal yang perlu diperbaiki walau sulit dilihat orang biasa, tetapi juga tetap menyediakan ruang dalam hati dan pikirannya untuk memberikan apresiasi kepada hal baik yang dicapai pihak yang dikritisi.
Seorang pembenci, seperti menggunakan kaca mata khusus yang membuat semua hal selalu nampak buruk, dengan memburamkan kenyataan baik. Oh ya, rasa benci adalah bagian dari penyakit hati. Merugikan diri sendiri.