Saya bukanlah penggemar kopi sejati. Saya hanya sering berpura menyukai kopi. Tentang kepalsuan ini, sahabat saya Pak Amar Natasuwarna sangat paham. Sebab pada dasarnya kami sama saja. Pernah kami berdua menikmati malam di tengah kota Pontianak, bersama muda-mudi penggemar kopi. Kami menikmati jajanan ringan, dan ditemani dua gelas kopi susu. Penggemar kopi sejati macam apa yang memesan kopi susu di kedai kopi?

Akhir minggu kemarin, saya tenggelam dalam sebuah workshop bersama kawan-kawan trainer dari APP Mill di Serpong. Materi workshop hasil kerjasama dengan sebuah universitas ini mengharuskan kami menghabiskan puluhan lembar naskah yang harus dicermati dan dipresentasikan. Kebanyakan naskah standar kampus ternama dunia. Dengan kemampuan bahasa asing yang terbatas, jelas perlu strategi khusus untuk menjaga konsentrasi. Dan kawan-kawan pun mulai menyerahkannya kepada kopi. Saya pun turut. Dalam sehari entah berapa gelas kopi panas menemani.

Seperti sebuah hati, rupanya kopi juga tak bisa dicintai dengan kepalsuan. Alih-alih mendapatkan energi tambahan, yang terjadi saya menjadi kepayang. Tiba-tiba saya mulai sulit membedakan huruf-huruf dalam naskah dengan wajah orang yang duduk di sebelah saya. Sebelum benar-benar parah, sayapun kembali ke ritual asli saja. Menenggak beberapa gelas air putih, lalu bergegas membasahi wajah dan kepala. Dan dalam sekejap, saya kembali ke bumi lagi.