Di jaman ini, mungkin tak ada yang bisa menandingi Kevin Richardson soal dedikasi dan komitmen pada predator Afrika. Cerita keakraban Kevin dengan kawanan singa dan hyena bisa dengan mudah kita dapatkan dari internet. Kevin sudah melewati batasan yang sulit disentuh manusia lain. Ia tak sekedar mengerti soal binatang lapar, kepanasan, kesakitan, tapi lebih jauh dari itu ia memahami rasa kesepian, takut, kecemasan, malu, dan kerinduan dari binatang-binatang sahabatnya. Nampaknya mereka juga menganggap Kevin sebagai “sejenis makhluk khusus yang layak diterima”, sehingga ia tetap disambut hangat di kawanan hyena walaupun baru saja bergumul dengan para singa. Namun, sebenarnya ada hal lain yang menarik perhatian saya soal apa yang dilakukan Kevin. Merawat sebuah suaka dengan beberapa kawanan predator tentu memerlukan dana besar. Satu waktu suaka menghadapi masalah serius. Jika tidak segera ada suntikan dana baru, maka suaka akan tutup dan segala yang ia bangun akan hilang. Lalu Kevin dan istrinya memikirkan sebuah langkah baru. Mereka membuat program sukarelawan. Aktivitas yang ditawarkan sederhana: membantu memberi makan, membersihkan sampah, memperbaiki pagar suaka, dsb. Menariknya, para sukarelawan ini tidak hanya tak dibayar, mereka justru membayar untuk bisa ikut program ini. Uang yang terkumpul digunakan sepenuhnya untuk kelangsungan suaka. Jadi, mereka menyumbang uang sekaligus turut bekerja di suaka secara gratis. Ternyata cukup banyak yang tertarik bergabung sebagai relawan. Salah satu relawan, seorang perempuan muda, memberi jawaban sederhana alasan ia bersedia melakukan itu. “Saya tinggal di negara yang indah, yang telah memberikan kehidupan selama ini. Ini adalah bentuk rasa terima kasih saya kepada negara saya.”