Brenton Tarrant jelas keliru jika ia berpikir bahwa aksi terornya yang luar biasa keji di masjid Al Noor dan masjid Linwood hingga menewaskan 50 orang akan membangun kebencian dan jarak yang kelam antara kaum kulit putih dan para imigran, ataupun antara non muslim dan muslim. Berjarak lebih dari 18.000 kilo meter dari Christchurch, seorang pria kulit putih berdiri di depan gerbang sebuah masjid di kota Manchester. Andrew Graystone, pria itu, membawa sebuah poster di luar masjid ketika para jamaah sedang sholat, bertuliskan “You are my friends. I will keep watch while you pray.”
Di New Zealand sendiri, PM Jacinda Ardern memeluk keluarga korban dengan penuh kedukaan. Suaranya yang bergetar saat mengutuk aksi keji itu, serta garis-garis di wajahnya, menegaskan bahwa pemimpin perempuan itu tak main-main dengan rasa dukanya.
Bahkan Mongrel Mob, geng motor yang paling ditakuti di New Zealand, turut mendatangi dan menghibur para keluarga korban. Kelompok yang biasa dengan kekerasan jalanan ini turut mengutuk aksi pembantaian di dua masjid di kota Christchurch itu, dan menyebutnya sebagai jenis kekejian yang tidak bisa mereka terima.
Sementara itu di negara tetangga Australia, dua hari setelah aksi teror Tarrant, dilakukan kegiatan Mosque Open Day yang diikuti oleh 20 masjid. Masyarakat kulit putih non muslim berduyun mendatangi masjid, menyuarakan cinta dan perdamaian.
Maka, ini adalah kemenangan nyata dari rasa kemanusiaan. Di luar segala perbedaannya, anak-anak Adam tetap akan disatukan dengan rasa kemanusiaan yang akan melahirkan kekuatan luar biasa untuk menghadapi segala bentuk teror dalam kehidupan.