Di tahun 90-an, tiga serangkai yaitu John Felderhof-David Walsh-Michael de Guzman, menggegerkan dunia pertambangan dunia dengan laporan penemuan tambang emas dengan potensi luar biasa besar di Busang pedalaman Kalimantan Timur. Dilaporkan cadangannya 200 juta ounces emas, atau 8% dari seluruh cadangan emas dunia dan jauh lebih tinggi dari cadangan emas Freeport di Papua. Dampaknya sangat besar. Bre-X, perusahaan mereka, nilai sahamnya melesat seperti roket. Di tanah air, kegaduhan perebutan saham juga melibatkan keluarga Cendana. Di tingkat lokal, anak perusahaan Bre-X melakukan rekrut karyawan dengan gaji menggiurkan.

Lalu tahun 1997, terbukti bahwa mereka melakukan penipuan atas sampel yang diuji. Memang ada emas di Busang, tapi sangat kecil dibanding klaim. Peristiwa ini tercatat sebagai skandal paling memalukan dalam pertambangan dunia. Dramanya juga berakhir tragis. Michael de Guzman “jatuh” dari helikopter dalam perjalanan dari bandara Samarinda ke tambang Busam dan jasadnya ditemukan di wilayah konsesi perusahaan tempat saya bekerja waktu itu. David Walsh meninggal setahun kemudian karena stroke, sedangkan Felderhof melarikan diri ke pulau Cayman yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Kanada.

Peristiwa itu sangat memalukan semua orang. Tapi, benarkah semua orang yang ada waktu itu merasa malu? Ternyata tidak. Tetap saja ada segelintir orang yang memiliki sikap aneh dari jenis yang luar biasa bebal. Mereka ini memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya emas di Busang itu sangat besar, bahkan lebih besar dari klaim Guzman. Hanya saja, kita terlanjur gaduh sehingga jin penunggu bukit di Busang itu menyembunyikan emasnya hingga kini.

Kini, di 2016, saya melihat kenyataan yang sangat mirip pada kaum pengikut Kanjeng Dimas di Probolinggo. Meski jelas si Kanjeng sudah ditangkap polisi karena kasus pembunuhan dua anak buahnya, dan mulai terkuak penipuannya, tetap saja ada segelintir orang yang demikian bebal. Mereka dengan takzim tetap meyakini bahwa kanjeng Dimas itu memiliki karomah luar biasa. Hanya saja menurut mereka, kita sudah terlanjur gaduh, maka kini kesaktiannya tidak bisa muncul.