“Door duisternis tot licht” hanyalah sekumpulan surat berisi jeritan hati perempuan yang terkekang. Walau dentang suara hati itu menggaung hingga melewati abad, bahkan Kartini juga tak bisa lepas dari kekang itu. Dipingit sejak usia 12 tahun, dan akhirnya menikah sebagai istri keempat dari seorang bupati yang usianya jauh lebih tua. Ia layak menjadi pahlawan, sebab surat-surat itu, -meski hanya surat- telah menggelorakan hati banyak perempuan untuk berjuang agar lebih diakui sama derajatnya dengan laki-laki. Walau tentu saja, bangsa kita memiliki banyak pahlawan perempuan yang luar biasa lainnya tapi tidak seberuntung Kartini untuk terus dikenang dan dirayakan.