Keluarga lombok atau cabe, -tanaman yang masuk dalam genus Capsicum- memiliki efek yang unik yaitu menghadirkan rasa pedas jika terkena bagian tubuh manusia, baik bagian dalam mulut ataupun kulit. Sebuah ‘rasa’ yang mirip panas tapi bukan panas, dihasilkan oleh zat capsaicin yang menurut para ahli mampu menstimulasi otak sehingga otak meresponnya sebagai ‘burning sensation’, seolah ada sel kulit yang terbakar atau terjadi iritasi padahal tidak. Rasa pedas yang tinggi bisa membuat orang mendesah, berteriak, bahkan bisa bercucuran airmata. Cabe yang terkena di kulit tangan juga bisa menimbulkan rasa panas yang tidak segera hilang.
Begitu mengerikannya efek rasa pedas, tetapi tidak ada orang yang benar-benar jera makan cabe. Bahkan kemampuan menahan pedas cabe, sering menjadi kebanggaan. Di salah satu sudut kota saya misalnya, ada tempat makan dengan label ‘pedas mampus’, dan justru menjadi daya tarik orang untuk mencoba.
Perilaku korupsi saat ini mirip dengan perilaku makan cabe. Walau pernah kepedasan luar biasa, bahkan kadang ditambah dengan sakit perut, tak ada orang yang benar-benar jera makan cabe.
Pun koruptor. Nampaknya tidak ada koruptor yang benar-benar jera. Barangkali karena hukuman untuk koruptor hanyalah sekedar kepedasan, kepanasan, yang sebentar hilang. Perilaku korupsi seperti menimbulkan efek kecanduan, ada keinginan mencoba dan mencoba lagi.
Maka, sebaiknya jangan manganalogikan koruptor dengan penggemar cabe!
Koruptor haruslah dianalogikan seperti pemakan belatung. Secara umum, belatung atau ulat pemakan bangkai adalah binatang yang sangat menjijikkan. Memakan belatung, bermain dengan belatung, atau bahkan sekedar mendekati belatung adalah perbuatan yang sangat menjijikkan. Sebagian orang bahkan bisa muntah-muntah hanya karena melihat belatung.
Memandang wajah koruptor, memang harus dengan rasa jijik luar biasa. Jijik pada koruptor, jijik pada perilaku korupsi, harus ditanamkan ke anak-anak kita sejak dini. Jika terjadi rasa jijik massal di hati seluruh anak Indonesia terhadap koruptor, itu akan serupa tunas bagus yang kelak akan tumbuh menjadi mental dasar bangsa kita. Sebuah generasi yang Insya Allah akan lebih baik dari generasi sekarang. []