Puisi Y. Wibisono
Ingatan itu sungguh berserak. Tercecer di tiap tikungan jalan yang kini asing. Tersesat serupa serangga liar yang melayang dalam pendar lampu-lampu jalan di sepanjang Veteran, Sumbersari, dan Gajayana.
Di ujung tempat yang penuh rindu itu, tiba-tiba seperti kulihat kau berjalan dengan anak rambut yang selalu dimainkan angin. Menoleh dengan senyum yang tak pernah tuntas diterjemahkan hingga usai kebersamaan kita.
Lalu semuanya menari liar dalam kepala. Udara malam dalam rengkuh pepohon yang gelap, menjelma sapa sahabat lama. Angin menerpa wajah, membawa cerita tentang derai tawa yang dulu berhambur di selasar kampus. Lalu kerlip bintang seperti bersaksi, dalam setiap sudut gedung yang kini terus bertumbuh itu, ada banyak persahabatan pernah terjalin lembut di hati.
Malang, Januari 2019