Hyena adalah satu-satunya pesaing serius yang diperhitungkan oleh kawanan singa di kerasnya padang rumput Afrika. Demikian bencinya singa pada hyena, bahkan mereka merasa jijik untuk memakannya. 
Hyena memang kuat, baik secara individu maupun kelompok. Bahkan macan tutul, karnivora yang memiliki persenjataan lebih lengkap, juga tak berdaya menghadapi pertarungan satu lawan satu dengan hyena dalam perebutan mangsa di tanah. Satu-satunya peluang adalah sesegera mungkin membawa naik mangsanya ke atas pohon, karena cakar dan kaki hyena tidak dirancang untuk memanjat.

Peluang macan tutul sedikit lebih baik ketika yang dihadapi adalah hyena jantan, tapi jelas tak berkutik jika yang dihadapi hyena betina. Bukan karena hyena betina lebih cerewet. Bukan. Memang hyena betina jauh lebih kuat daripada hyena jantan. Klan hyena diatur dengan sistem matriarki, penguasanya adalah seekor betina terbesar yang memiliki kekuasaan penuh atas seluruh klan. Jangan remehkan tubuhnya yang terkesan gendut dan kikuk saat berjalan. Hyena betina pemimpin klan sangat perkasa. Ia yang menentukan segalanya, siapa menjadi apa, termasuk menentukan siapa pejantan yang berhak menemani tidurnya di musim tertentu.

Dalam sebuah kekacauan perang antara klan singa dan hyena, seekor singa jantan pemimpin klan yang berpengalaman tahu apa yang harus dilakukan. Ia abaikan gangguan belasan hyena yang mendengking-ndengking mengeroyoknya. Yang harus ia lakukan hanya satu, segera menemukan betina pemimpin hyena, menyerangnya dengan sengit, dan menggigit urat lehernya selekas mungkin. Begitu betina pemimpin dikalahkan maka perlawanan klan hyena akan berhenti.