Satu waktu saya menasehati keponakan perempuan saya, karena saya lihat badannya kurus. Saya bercerita tentang penderita anoreksia, orang-orang yang begitu takut makan sehingga amat kurus. Lalu saya lanjutkan juga cerita tentang penderita hipokondria, orang-orang yang selalu merasa sakit secara berlebihan. Orang-orang yang ketika di jalan ditabrak kambing tetapi akan merasakannya berhari-hari seolah baru saja ditubruk gajah. Jika anoreksia menghadirkan kecemasan berlebihan akan kegemukan, hipokondria menghadirkan kecemasan berlebihan seolah hidup seseorang terus diintai oleh berbagai ancaman penyakit. Keduanya adalah gangguan psikis terhadap individu.
Lalu tiba-tiba saya berpikir, jangan-jangan gangguan ini bisa diidap oleh sebuah bangsa. Bukan anoreksia, tapi hipokondria. Barangkali bisa saja ada bangsa atau kaum yang terjangkit hipokondria. Seperti hipokondria individu yang membuat perasaan selalu disiksa oleh alarm palsu tubuh, barangkali demikian pula hipokondria suatu bangsa. Mudah sekali tersiksa oleh alarm politik-sosial-ekonomi palsu. Tersiksa berat oleh simbol mirip sabit di mata uang. Ada 36 buah KTP palsu ditemukan tapi di tempat lain ditulis ada ratusan ribu KTP palsu sedang menyerbu negara kita. Dan banyak lagi, mudah sekali mencarinya di google hal-hal seperti itu.
Lho, apa tidak boleh bersikap waspada? Tentu sangat boleh. Tapi, hipokondria individu akan membuat orang demikian was-was sehingga malah tidak awas dengan gangguan tubuh yang benar-benar mengancam. Pada tataran hipokondria bangsa, kewaspadaan berlebihan, dibarengi dengan emosi yang mudah tersulut, membuat kita malah kurang waspada dengan bahaya yang nyata-nyata di depan mata. Perilaku orang-orang terdidik, yang permisif terhadap tindakan korupsi, penyuapan, dan sejenisnya, bagi saya adalah bahaya laten yang luar biasa besar. Orang-orang dengan pendidikan sangat cukup, dan di dalamnya selalu termasuk ajaran moral, tapi tetap melakukan atau membiarkan perilaku korupsi, menunjukkan sistem pendidikan yang sangat rapuh dan perlu penyembuhan segera. Rendahnya derajat kedisiplinan masyarakat, misalnya dalam hal antrian, adalah penyakit kronis yang tak kunjung sembuh. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan adalah contoh gangguan serius yang memerlukan pengobatan mendesak.