Hal yang terkait dengan kemanusiaan (human interest) memang selalu menyentuh. Apalagi ketika rasa simpati itu menjadi latah, lalu enggan menggunakan akal. Gambar korban kecelakaan, bocah kecil berdarah-darah, mayat setengah telanjang, dan hal menyesakkan lainnya kini semakin membanjiri media sosial. Lalu seperti biasa diakhiri dengan kalimat standar: “Yang punya hati silakan like dan komen aamiin, gak punya hati bisa abaikan!”

Dan seperti penyakit latah berjamaah, orang-orang langsung menuruti saja hingga bisa dikumpulkan ribuan like dan komentar.

Apa itu salah? Ya, jelas salah. Jika memang bersimpati, maka berikan doa yang sungguh-sungguh dalam hati agar korban mendapatkan pertolongan yang terbaik dari Tuhan. Jika mau lebih berempati, telusuri gambar itu, bantulah dengan materi atau apapun yang bisa diberikan kepada korban.
Dan bukan dengan meng-klik like atau mengetik amin.

Lalu apa masalahnya? Percayalah, bahwa anda sedang menjadi korban dari sebuah perbuatan dengan motif yang sangat sederhana: uang!

Sebuah fans page yang memiliki banyak like dan komentar, akan bernilai ekonomi tinggi. Semakin banyak klik dan komentar, ribuan, ratusan ribu, dan jutaan, akan membuat nilainya semakin tinggi. Ketika jumlah klik dan komentar sudah sedemikian banyak, maka pemiliknya bisa dengan mudah mengubah profile halaman tersebut menjadi sesuatu yang lain, yang lebih masuk akal. Setelah itu ia bisa mendapatkan uang setidaknya dengan dua cara: mengundang orang untuk memasang iklan, atau menjualnya ke pihak lain untuk keperluan bisnis. Sesederhana itu.