Tanggung jawab pekerjaan membawa ke sini, ke daerah yang tak melaksanakan Pilkada tapi kebagian jatah libur juga. Sementara di kampung sendiri, Samarinda, melaksanakan hajatan memilih walikota. Akhirnya mengirim saja doa, semoga Samarinda mendapatkan pemimpin yang terbaik.
Sebenarnya tak terlalu sulit memanjatkan harapan untuk Samarinda. Semoga tidak sering banjir, tidak macet, jalan-jalan lebih mulus, lebih bersih, lebih tertib, lebih banyak ruang hijau terbuka, lebih banyak sarana olah raga, dan entah apalagi.
Samarinda tak perlu sibuk lagi mengundang orang untuk datang, sebab sebagian besar penduduk memang para pendatang. Saat ini, Samarinda mirip perempuan yang sedang gemar bersolek, namun sering bingung hendak berdandan seperti apa. Sering berpupur tidak rata, salah lipstik, dan keliru memilih warna pelupuk mata. Beberapa bulan lagi akan genap 25 tahun saya menjadi penduduk Samarinda. Tentu saja, dengan segenap kesemrawutannya, saya cinta Samarinda. Seperti juga cinta saya kepada kampung kelahiran saya Trenggalek.