CakilDalam rimbun belantara hutan, seorang satria melangkah perlahan. Ia tahu ada beberapa bayangan mengincarnya dari balik gerumbul. Dan seperti yang ia tebak, mereka segera keluar berloncatan. Dipimpin oleh seseorang yang berwajah kasar. Sangat kasar. Menunjukkan sifatnya yang jahat, tidak mengenal tatakrama, dan pecicilan. Pemimpin gerombolan yang berwajah kasar itu, namanya Cakil. Ia hadir menghadang setiap satria yang melintas di hutan belantara kehidupan. Ia diperlukan, agar ada pembeda yang jelas, antara kebaikan dan kejahatan. Dalam setiap perang kembang, Cakil selalu kalah. Mati, tertusuk kerisnya sendiri. Untunglah, Cakil tidak sakti. Satria selalu menang melawan Cakil. Untunglah pula, bahwa Cakil tidak munafik. Wajahnya, polah tingkahnya, perbuatannya, semuanya jahat. Orang tidak perlu menduga-duga. Beruntunglah pula, Cakil hanyalah begal kelas teri di tengah hutan belantara. Bukan seorang pemegang kekuasaan konstitusi. Cakil tetaplah Cakil. Ia tidak merasa perlu menjadi Sengkuni. Atau mengubah namanya menjadi Cakil Mochtar, yang berwajah dan berperilaku seolah seperti satria. []