Rainpada adalah sebuah dusun kecil di negara bagian Maharashtra, India. Tanggal 1 Juli 2018 terjadi peristiwa yang mengubah wajah Rainpada. Lima orang dibantai di dusun kecil itu. Darah memercik ke dinding balai desa, tak jauh dari foto Mahatma Gandi. Kejahatan apa yang mereka lakukan? Satu-satunya kesalahan yang diketahui adalah, salah satu dari mereka mencoba menyapa ramah salah satu anak di dusun tersebut. Pagi itu mereka datang bertujuh, dua berhasil meloloskan diri. Tapi mereka tak sendirian. Sepanjang Juni dan Juli, lebih dari 20 orang dibantai secara keji di India. Dan aktor utama pembantaian itu adalah “berita hoax”.

Masyarakat menerima pesan lewat Whatsapp agar waspada dengan penculik anak. Pesan dengan bahasa bombastis disertai gambar dan video mengerikan. Masyarakat yang polos mengunyah berita itu mentah-mentah, membangkitkan kekhawatiran dan kemarahan yang menggelegak kepada setiap orang asing yang datang. Padahal, gambar dan video anak-anak yang mereka tonton sesungguhnya adalah anak-anak korban perang di Suriah.

Di India pengguna Whatsapp lebih dari 200 juta orang. Pemerintah India meminta Whatsapp turut bertanggung jawab atas peristiwa ini. Tapi jelas Whatsapp tak bisa bertindak sendirian untuk mengubah pandangan pengguna. Maka langkah kecil yang dilakukan adalah memunculkan tanda “forwarded” untuk setiap pesan terusan.

Bagaimana di Indonesia? Ternyata kita belum jauh berbeda. Meski tidak separah di India, ada beberapa kasus telah terjadi. Dengan sedikit googling, kita bisa menemukan beberapa kejadian miris, hoax yang memakan korban jiwa.

Mari perangi hoax. Bohong tetaplah bohong, entah itu tentang berita buruk ataupun berita baik.