Kombinasi 3 hal ini -augmented reality, GPS, dan karakter lucu- terbukti mampu menyentuh sisi tersembunyi dalam tiap diri manusia tak peduli usianya, yaitu gairah bermain dan berpetualang. Antusias luar biasa yang mewabah ini pasti akan ditanggapi dengan tidak main-main oleh tim riset dalam industri software. Maka, saya percaya Pokemon Go adalah sekedar sebuah titik loncatan awal yang cukup berhasil dalam implementasi augmented reality. Saya tak tertarik memainkannya, tapi tak bisa melarang dua anak remaja saya, Tasharine dan Bramantyo, menikmatinya. Tentu dengan mengajak mereka berdiskusi terlebih dulu, agar tetap mampu berpikir dan bertindak secara terukur. Mereka memang menjadi begitu eksploratif akhir-akhir ini. Ada juga imbasnya. Pulang dari belanja di mall, tangkapan Pokemon mereka di tiap sudut pusat perbelanjaan ternyata melebihi jumlah barang belanjaan kami.