Ega
Karya: Y. Wibisono Dengan seolah bersungguh, pria itu berbisik kepadamu: “Telah aku taruh sepotong sajak, di salah satu sudut meja. Pada bagian yang paling rahasia. Adakah kau temukan?” Kau boleh… Read more »
Karya: Y. Wibisono Dengan seolah bersungguh, pria itu berbisik kepadamu: “Telah aku taruh sepotong sajak, di salah satu sudut meja. Pada bagian yang paling rahasia. Adakah kau temukan?” Kau boleh… Read more »
Karya: Y. Wibisono Lelaki yang tersungkur bersimbah darah itu mengaku telah mencabik wajah dan hampir seluruh tubuhnya. Ia telah bersalah dan memohon kekasihnya untuk menghukum. Ia telah berselingkuh dengan rembulan…. Read more »
Karya: Y. Wibisono Lelaki itu terus memohon kepada Tuhan, agar kiranya sudi mengubah dirinya menjadi kanak lagi. Ia sudah membayangkan sebuah tempat, sebuah padang rumput dengan sedikit semak di tengahnya…. Read more »
Karya: Y. Wibisono Lelaki itu sangat ingin memanah rembulan. Tepat di tengahnya. Darah yang memancar ia harapkan akan membuat seluruh malam berwarna merah. Ia tak suka malam yang pucat! Karena… Read more »
Karya: Y. Wibisono Ia yang mengaku bernama malam, mendatangiku di satu waktu. Entah kapan itu. Tanpa senyum, tanpa salam. Aku tak terganggu. “Apakah pesananku sudah jadi?” Benar, ialah yang telah… Read more »
Karya: Y. Wibisono Ini hanya tentang sejumlah tubuh, biru dan lebam. Tersangkut batu, pasir, ranting dan sampah. Beberapa merintih. Beberapa diam, selamanya. Jerit itu bermula dari ujung banda. Lalu menggema… Read more »
Karya: Y. Wibisono Warung tua, pemilik tua, dan jembatan tua. Sudah berapa lembarkah ditulis, untuk hari-hari yang lewat? Pada bangku ulin dan tiang-tiang renta? Warung tua, pemilik tua, dan jembatan… Read more »
Karya: Y. Wibisono kutulis lagu ini, dik, untukmu tetap dengan cinta yang memar terkuyup waktu gubahanku, dik, tetap saja tak merdu. dengan melodi sumbang dan lirik pilu seperti dulu. seseorang… Read more »
Karya: Y. Wibisono (1) matahari itu, jika ia kau lukis seperti buah kelapa maka cukuplah sebuah noktah untuk bumi lalu, seperti apa akan kau lukis dirimu? jika kanvasmu adalah semesta… Read more »
Karya: Y. Wibisono kunamai kau camar sebab di matamu kutemukan laut kulayari hari-hari seperti pelaut mabuk menelusurimu pada pantai yang menyisakan kenang cintaku, cinta pelayar sesat dalam perjalanan tanpa peta… Read more »