Terima Kasih, Sepakbola
Mari berterima kasih kepada sepakbola. Ketika Pancasila-pun menyerah, ia menunjukkan cara sederhana untuk bersatu. Persatuan yang semu, dan bersyarat: selama terus bermain baik dan menang
Mari berterima kasih kepada sepakbola. Ketika Pancasila-pun menyerah, ia menunjukkan cara sederhana untuk bersatu. Persatuan yang semu, dan bersyarat: selama terus bermain baik dan menang
Hujan mengguyur. Hujan yang tak pernah berubah. Kitalah yang berubah.
Lama tak menulis di sini. Semua tulisan berkumpul di kepala, dan hanya berputar-putar di situ, seperti janin yang tak segera ingin lahir. Namun menyaksikan di layar kaca, dua janda pejuang… Read more »
Hujan tumpah begitu saja. Penjual es dorong menggigil di bawah pohon. Orang-orang berlarian. Beberapa tertawa, beberapa mengumpat. Selekas tumpah, selekas berhenti. Baginya tak ada ada yang perlu dipersalahkan. Hidup tak… Read more »
Menyusuri kanal Sungai Baung, lalu disambut anak sungai Musi. Menjadi satu-satunya yang pakai pelampung di speedboat. Terkesan penakut air, tapi peduli amat. Bukankah yang paling bertanggungjawab atas jiwa kita adalah… Read more »
Lewat hujan, alam membasuh wajah kota. Membersihkan debu jalanan, dan debu di hati kita. Besok, debu baru akan bermunculan lagi.
/tujuh purnama/semenjak aku berpisah denganmu/tak tahan lagi/sambil berlari kupanggil namamu/ (lembah biru, andi meriem matalatta).Mendung menggantung. Selamat jalan Mutiara Dari Selatan, semoga mendapat tempat terbaik. Kabar itu begitu menyentak. Lalu… Read more »
Semoga terbaca oleh Pak Dahlan, atau ada yang meneruskan ke beliau. Teguhkan hati Pak, saya masih percaya dan sangat berharap pada anda. Untuk saat ini, tindakan nyata dan solusi jauh… Read more »
Purnama merambat di lereng bukit. Lalu tersangkut di ujung tower seluler.
Menyusur trotoar yang basah. Menghitung jejak hujan yang tersisa. Nadi malam baru saja berdenyut .