Karya: Y. Wibisono
duka itu adalah
malam-malam yang kering
dengan kegetiran yang mengiris
ditiupkan dari langit dan awan hitam
yang berarak tanpa arah
duka itu adalah
seorang pria yang memunguti serpihan masa kecil
seperti pengembara yang menghitung
dedaun kering yang dihamburkan angin
dari musim yang asing
sepanjang samarinda-sepinggan
hanyalah noktah-noktah kegelapan
dan goresan kelam pada kanvas usang
bungurasih, mojokerto, kediri
pun hanyalah tulisan-tulisan tanpa arti
dalam labirin kesenyapan tanpa tepi
aku mengigaukanmu, kak
bersama tangisan malam dan nyanyian parau
yang berderit di antara ranting kering
dalam lukisan hitam tanpa bayang
airmata ini telah berganti darah
dan mengering menjelma pahatan bisu
meretak dalam dada lelaki yang terkulai
kepergianmu kak, adalah ribuan panah
yang menancapi ulu hati tanpa sisa!
lalu, rindu itu adalah
sebuah padang di negeri silam
dengan nyanyian angin yang meniupi
pucuk-pucuk kemuning dan rerumput liar
dan aku, si kanak yang merengek
menggayuti lenganmu
ingin menjadi belalang dan kupu-kupu
kepergianmu adalah kejamnya waktu
yang melindas masa lalu!
baiklah, kakak
kurelakan kepergianmu
temuilah Dia
aku akan menyusulmu, kelak
mungkin sebagai kanak lagi
Samarinda, 8 Juni 2005