Ketika manusia prasejarah menemukan logam, perlu waktu untuk menyadari bahwa itu tak hanya menggantikan perkakas batu, tapi juga bisa menjadi mata tombak dan pedang yang berbahaya. Lalu manusia menciptakan perisai dan baju zirah. Dalam beberapa catatan, bubuk mesiu ditemukan pertama kali pada abad 9 M. Awalnya hanya untuk hiburan berupa kembang api yang indah. Empat abad kemudian manusia mulai membuat senjata api yang mematikan yang terus dikembangkan berabad kemudian hingga saat ini. Lalu manusia menemukan kevlar untuk rompi anti peluru dan regulasi penggunaan senjata api untuk meredamnya. 

Dalam revolusi industri keempat yang umum disebut Industry 4.0, lompatan sesungguhnya adalah pada artificial intelligence yang berhasil diciptakan manusia. Pembuatan autonomous car yang dipelopori perusahaan Tesla serta robot cerdas Sophia dari Hanson Robotics, adalah contoh penemuan yang menyentak peradaban. Barangkali, saat ini kita sedang hidup di masa seperti saat pertama kali logam ditemukan menggantikan batu, atau menikmati indahnya kembang api saat pertama kali mesiu ditemukan.
Tapi, tak semua sedang gembira. Stephen Hawking, dan bahkan Elon Musk dari Tesla, secara tegas mulai menyatakan ketakutan pada bahaya kecerdasan buatan.

Video dari autonomousweapons.org ini, cukup menggambarkan bagaimana sebuah senjata modern sebagai sisi gelap AI bisa diciptakan. Sebuah autonomous drone yang mungil, tak mungkin ditangkap tangan karena memiliki kecepatan 100x kali dari kecepatan gerak manusia. Memiliki kamera cerdas, sensor taktis, face recognition, dan senjata mematikan seberat 3 gram. Bahkan mampu bekerja dalam sebuah tim. Nuclear is obsolete!