Sentinel, Bangsa Yang Memilih Menolak “Peradaban”
Pada 16 November 2018, dengan tekad kuat John Allen Chau minta diturunkan di pulau Sentinel Utara. Ia paham risiko yang ia hadapi. Tapi keyakinannya begitu kuat, ia percaya perdamaian dan kasih sayang yang ia tunjukkan bisa diterima suku Sentinel yang tertutup. Tapi Tuhan berkehendak lain. Nelayan yang kembali tanggal 17 November menyaksikan warga Sentinel menyeret jenazah Chau di pantai. Panah dan tombak suku Sentinel telah mengakhiri hidupnya. Kejadian ini menyentak dunia.
Tapi kematian Chau sebenarnya tidak terlalu mengagetkan para pihak yang selama ini mengenal suku Sentinel. Suku ini dilindungi oleh negara India, dan memang ada larangan keras untuk pergi ke pulau tersebut. Keberadaan suku Sentinel lah yang menyentak dunia. Suku ini menolak interaksi dengan orang asing dan menolak kemajuan peradaban. Mereka akan memanah perahu, pesawat, dan drone yang dikirim ke dekat pulau. Jenazah Chau pun tidak bisa dievakuasi. Kelompok konservasi menyatakan upaya evakuasi akan meningkatkan ketegangan dengan suku Sentinel. Selain membahayakan bagi orang yang datang, kedatangan orang asing juga dapat menimbulkan bahaya penyakit bagi suku Sentinel. Sejauh ini tidak ada satu pihakpun di luar pulau yang bisa mengerti bahasa orang Sentinel yang diduga telah puluhan ribu tahun tinggal di pulau tersebut. Pulau Sentinel Utara terletak di gugusan kepulauan Andaman di dalam teritori India, dan hanya berjarak sekitar 700 km dari pulau Sabang, wilayah Indonesia.
Dan demikianlah, di tengah warga dunia yang sedang tenggelam dalam euforia Revolusi Industri 4, ada saudara kita yang memilih untuk tidak berubah.