Di tahun 1908 seorang importir teh di New York, Thomas Sullivan, mengirimkan sampel teh dalam kantong sutra ke pelanggan. Rupanya beberapa pelanggan salah paham dan langsung menyeduh teh tanpa membuka kantongnya. Kekeliruan ini ternyata disukai dan sejak itu teh celup digemari secara meluas. Thomas Sullivan pun dianggap sebagai penemu teh celup.
Ternyata tak semua setuju dengan klaim ini. Sebagian orang meyakini bahwa penemu teh celup adalah Roberta Lawson dan Mary Molaren dari Wisconsin. Disebut bahwa Lawson dan Molaren telah melakukan riset teh celup di tahun 1901 dan mengajukan paten. Manapun yang benar, ternyata teh celup telah berumur lebih dari satu abad.

Di tahun 1973, perusahaan Sariwangi mengenalkan teh celup ke masyarakat Indonesia. Memberi warna baru tentang cara menikmati teh selain model teh tubruk. Dan berpuluh tahun, harum teh Sariwangi selalu menghiasi dapur keluarga Indonesia. Lalu tiba-tiba saja, di pertengahan Oktober 2018, kabar mengejutkan hadir. Sariwangi dinyatakan pailit. Bangkrut, gulung tikar, terlilit utang Rp 1,05 triliun. Untunglah, pada akhirnya itu hanya hoax. Atau lebih tepatnya kejadian sebenarnya tidak seperti itu. Yang bangkrut adalah PT Sariwangi Agricultural Estate Agency. Ini memang perusahaan pembuat produk Teh Celup Sariwangi. Tapi produk ini ternyata telah dijual ke Unilever sejak tahun 1989. Maka, PT Sariwangi Agricultural Estate Agency memang pailit, tapi harum teh Sariwangi tetap akan dikawal oleh Unilever.

Yang bukan hoax adalah tutupnya Tabloid BOLA. Setelah 34 tahun menemani penggila bola tanah air, tabloid BOLA menyerah. Seperti Sariwangi, banyak orang memiliki kenangan indah dengan tabloid ini. Sayang nasibnya tak seberuntung Sariwangi. Jumat ini, 26 Oktober 2018, akan menjadi edisi yang terakhir.