Terry Eagleton pada April 2015 menulis sebuah artikel yang menyentak berjudul The Slow Death of The University. Tulisan itu didasari keprihatinannya yang tinggi atas pergeseran nilai di kalangan perguruan tinggi. Berdasarkan pengalamannya mengunjungi sebuah kampus di Asia dan beberapa kampus lain, Terry terkejut melihat betapa para professor seakan mulai berubah menjadi manajer, sedangkan mahasiswa mulai berubah menjadi customer.

Setahun kemudian Chairman sekaligus CEO Gallup, Jim Clifton menulis artikel yang tak kalah menyengat Universities: Disruption Is Coming. Jim langsung merujuk pada 2 perusahaan yaitu Google dan Ernst & Young yang memasang iklan yang mengagetkan. Dua perusahaan papan atas itu membuka lowongan pegawai dengan tidak mensyaratkan harus sarjana. Jim mengawali tulisannya dengan sadis: Do we need universities anymore?

Tulisan Terry Eagleton dan Jim Clifton, yang memiliki alasan berbeda, sesungguhnya menurut saya adalah feedback yang sangat baik bagi perguruan tinggi. Ketika perguruan tinggi banyak melakukan terobosan manajemen, Terry mengingatkan bahwa perguruan tinggi tidak boleh sedikitpun meninggalkan tugas utamanya yaitu mendidik mahasiswa. Perlakuan mahasiswa sebagai customer berarti akan fokus kepada hal-hal yang menyenangkan mahasiswa semata. Para profesor juga harus kembali kepada tugas utamanya sebagai pendidik baik di kelas maupun dalam riset. Sedangkan tulisan Jim Clifton, mengingatkan bahwa perguruan tinggi tidak boleh asyik dengan dunianya sendiri, membangun menara gading lalu di ujungnya lulusan yang dihasilkan memiliki kualifikasi yang tidak nyambung dengan kebutuhan yang berkembang. Atas dasar ini, maka pengembangan kurikulum berbasis capaian (Outcome-Based Education) yang didorong oleh Kemenristekdikti adalah pendekatan yang cukup rasional. Institusi perguruan tinggi harus mampu menjadi tempat terbaik untuk menghasilkan para profesional, technopreneur, maupun scientist yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan di masyarakat.

Dulu, ketika informasi sulit diperoleh karena keterbatasan teknologi, maka perguruan tinggi memegang peran penting mengumpulkan berbagai sumber informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa. Kini, ketika teknologi mampu menghadirkan banjir informasi yang luar biasa dahsyat, maka peran perguruan tinggi sangat penting untuk membimbing dan memilah sumber informasi dan pengetahuan yang sesuai dengan outcome yang diinginkan. Sesungguhnya, terdampar dalam kekeringan informasi atau tenggelam dalam banjir informasi, dua-duanya adalah bencana. Karena itu, perguruan tinggi harus mampu menempatkan diri agar bisa hadir sebagai mitra terbaik bagi generasi muda di era Revolusi Industri 4 yang penuh gempuran informasi yang luar biasa deras dan nyaris tanpa batas.