Pak Covey mendefinisikan kata “proactive”, dengan makna yang berbeda dengan sekedar lebih aktif atau orang yang selalu menjemput bola. Proaktif yang dimaksud Covey, lebih mendekati kata “tansah eling lan waspadha” dalam filosofi orang Jawa. Orang proaktif selalu memberi kesempatan kepada hati dan pikirannya dalam merespons setiap kejadian. Kebalikannya adalah orang reaktif. Orang yang seperti bel pintu, langsung bunyi setiap dipencet.
Orang-orang reaktif ini memberi pengaruh besar pada runyamnya isi media sosial saat ini. Ada dua kelompok orang reaktif di media sosial. Pertama kelompok target, yaitu orang yang langsung emosi luar biasa (marah, sedih, atau gembira) terhadap berita yang diterima, tanpa pernah merasa perlu untuk melakukan klarifikasi kebenaran isi berita. Kedua, kelompok perantara, orang yang selalu mem-forward apapun berita yang diterima ke sebanyak-banyak kawan, dan tanpa berusaha memastikan kebenaran berita. Dua kelompok ini sesungguhnya adalah korban. Di ujung awalnya, ada orang-orang yang memang berniat memanfaatkan sisi reaktivitas masyarakat kita untuk tujuan tertentu.
Reaktif, bukanlah bakat ataupun sifat bawaan, apalagi terkait genetika. Ia hanyalah sebuah habit (kebiasaan) yang tentu saja dapat diubah. Asalkan ada kerelaan dan kesungguhan untuk berubah.