Hari itu, 30 Maret 2018, wajah Paul Zabel sungguh sumringah. Ia panen 3,6 kg selada, 70 lobak, dan 18 ketimun. Tentu ini bukan soal jumlah. Ini adalah panen sayur pertama di Antartika. Paul Zabel adalah insinyur The German Aerospace Center sekaligus tukang kebun yang bertugas menanam dan merawat tanaman. Dipimpin oleh Daniel Schubert, tim ini berjuang menunjukkan bahwa manusia mampu menghasilkan sayuran pada kondisi yang sangat ekstrim. Mereka berkebun ketika cuaca di luar di bawah 20 derajat Celcius, tanpa tanah, dan nyaris tanpa sinar matahari.
“Pada bulan Mei nanti kami berharap sudah dapat memanen 4 sampai 5 kilogram buah dan sayuran setiap minggu,” ujar Daniel Schubert penuh semangat.

Sebenarnya mereka bukanlah yang pertama berkebun di kondisi ekstrim. Pada bulan Agustus 2015, Scott Kelly memanen selada merah di tempat yang berjarak sekitar 400 km dari bumi. Kelly adalah seorang astronot NASA yang bekerja di stasiun luar angkasa ISS. Para astronot itu menyiasati pertumbuhan selada merah dengan teknik pencahayaan LED untuk mendorong proses fotosintesis yang lebih baik.

Sebagai makhluk hidup, habitat spesies manusia tidak selamanya ideal. Harus ada bagian dari spesies yang terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan survival untuk kepentingan generasi berikutnya.