Pagi ini menyusuri wajah kotaku yang sembab. Hujan yang mestinya selalu menyegarkan, telah menebar luka hati di banyak tempat. Bahkan banjir pun kini serupa hati yang gelisah, terus berubah. Kawasan Juanda yang beberapa waktu kering, kini penuh genangan air yang menyapa rumah-rumah. Di fly over Air Hitam dan jalan kecil menuju polder, air tak lagi mengalir ke gorong-gorong. Tapi justru dari lubang-lubang saluran itu, air memancar liar menggenangi jalanan, halaman, hingga masuk ke rumah-rumah. Menjelang siang inipun langit Samarinda remang menggelap. Seperti remangnya hati penduduk yang terus menduga-duga, apa yang terjadi dengan para pengelola kota. Apakah telah lelah dan menyerah pasrah, ataukah belum benar-benar pernah serius memikirkan tata air kota?