Buku-buku silat, dalam tatanan sastra yang mapan, sering dianggap sebagai karya kelas dua. Pandangan itu menjadi beralasan karena umumnya buku-buku jenis ini lebih mengutamakan unsur serunya penggambaran adegan silat, dibanding unsur sastra.

Namun secara pribadi, saya menganggap bahwa karya SH Mintardja adalah suatu pengecualian. Dalam serial Nagasasra-Sabuk Inten, SH Mintardja telah mampu membuktikan bahwa bangsa Indonesia juga memiliki penulis berbakat yang bahkan mampu bersastra lewat cerita silat. Durasi yang panjang dalam Nagasasra-Sabuk Inten, juga membuktikan betapa penulis ini juga memiliki ketangguhan dan konsistensi ide.

Serial Nagasasra-Sabuk Inten mengambil setting pada masa kerajaan Demak, ketika penyebaran Islam di Tanah Jawa dilaksanakan oleh sembilan tokoh yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Songo. Pada masa itu muncul pula tokoh yang dapat dianggap sebagai tokoh tandingan yaitu Syeh Siti Jenar.

Nagasasra-Sabuk Inten tidak mengulas tentang para Wali maupun Syeh Siti Jenar. Dan mungkin pada sisi inilah nampak kelihaian seorang SH Mintardja. Sebagai seorang penganut Katholik, SH Mintardja menyadari bahwa ia tidak memiliki pengetahuan tentang Islam secara mendalam, dan karenanya kisah yang dibangun pada setting kerajaan Demak tersebut hanya memberikan porsi sedikit (tetapi menarik) tentang penyebaran agama Islam oleh Wali Songo. Sebagai gantinya, penulis mengembangkan cerita dengan membangun karakter seorang tokoh bernama Mahesa Jenar, yang secara implisit adalah seorang pemeluk Islam tetapi menentang hukuman terhadap Syeh Siti Jenar dan pengikutnya oleh Wali Songo. Karena tidak tahan melihat perpecahan yang terjadi, bahkan menimpa kakak seperguruannya yaitu Kebo Kenanga, maka Mahesa Jenar menarik diri dari Demak dan berniat untuk menjadi rakyat biasa. Namun keinginannya tidak berjalan mudah. Jiwa prajuritnya berkobar kembali ketika mengetahui sekelompok tokoh jahat telah mencuri benda pusaka kerajaan Demak yaitu keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Dan secara keseluruhan cerita ini mengisahkan pencarian Mahesa Jenar terhadap kedua pusaka kerajaan tersebut.

Kepiawaian SH Mintardja patut dipuji pada kemampuannya menghadirkan pertarungan antara tokoh putih dan tokoh hitam. Mahesa Jenar sebagai tokoh utama, tidak langsung muncul sebagai seorang pendekar sakti. Penulis menggambarkan dengan baik bahwa kesaktian tidaklah didapat begitu saja. Mahesa Jenar harus melewati masa pembajaan yang begitu berat sampai ia benar-benar dapat menemukan inti dari ilmu Sasra Birawa yang merupakan ilmu andalah dari keluarga Pengging. Kehadiran sosok Kebo Kanigara, seseorang yang kurang dikenal, sebagai orang yang sangat berpengaruh pada pencapaian Mahesa Jenar juga cukup memberi warna. Tokoh ini adalah paman dari Karebet, yang dalam sejarah kita kenal sebagai Jaka Tingkir yang akhirnya menjadi raja di Mataram sebagai penerus kejayaan kerajaan Demak.

Pembaca akan dimanjakan dengan tontonan yang mendebarkan ketika pada masing-masing pihak, aliran putih dan hitam, telah muncul tokoh-tokoh luar biasa baik dari kalangan muda maupun tua. Sebut saja dari kalangan hitam ada Lawa Ijo dan gurunya yang misterius bernama Pasingsingan, Jaka Soka dan gurunya Nagapasa dari Nusakambangan, Sepasang Uling dan gurunya Sura Sarunggi, tokoh sakti Sima Rodra serta seorang aneh yang bernama Bugel Kaliki. Dari aliran putih ada Gajah Sora dan Lembu Sora, ayahnya Ki Ageng Sora Dwipayana, Ki Ageng Pandan Alas, Titis Anganten seorang tokoh sakti dari Banyuwangi yang berpenampilan sederhana, lalu Mahesa Jenar sendiri dan Kebo Kanigara serta anak-anak muda Arya Salaka dan Sawung Sariti. Salah satu bagian yang cukup membuat penasaran adalah Pasingsingan, tokoh misterius yang selalu menyembunyikan wajahnya di balik topeng. Proses penyingkapan jatidiri seorang Pasingsingan hingga munculnya Pasingsingan tua, seorang tokoh yang dapat dianggap paling sakti pada jaman itu serta mempunyai hubungan dengan kerajaan Majapahit, mampu disuguhkan secara sangat baik oleh SH Mintardja.

Yang pasti, bagi anda penyuka serial silat bermutu, Nagasasra-Sabuk Inten adalah salah satu bacaan yang sangat saya rekomendasikan. []