Metal detector itu berbunyi saat saya melewatinya. Padahal handphone dan arloji sudah saya masukkan ke tas jinjing, dan telah meluncur lebih dulu lewat jalur x-ray detector. Petugas berwajah teduh itu memberi isyarat dengan lembut, sayapun patuh, merentangkan dua tangan. Setelah menyusuri tubuh, hand detector yang dipegangnya berbunyi tepat di dada saya. Padahal, sungguh, jantung saya tidak sedang berdebar. Ternyata saya menggantung kacamata baca di kancing baju paling atas. Karena ini ya mbak, kata saya menegaskan. Ia tersenyum mengangguk. Tetap dengan lembut.