Ada dua dugaan motif jaringan narkoba. Pertama, mereka memiliki skenario untuk merusak generasi muda. Kedua, motif ekonomi, mengeruk uang sebanyak mungkin dari bisnis ini. Saya lebih percaya motif yang kedua. Saya tak yakin mereka memiliki skenario besar merusak generasi suatu negara. Hanya saja, mereka memang sama sekali tak peduli perilaku penggunanya akan seperti apa.

Merujuk data BNN, transaksi narkoba di Indonesia itu Rp 72 trilyun per tahun. Jumlah yang sangat besar. Itu artinya, Rp 6 trilyun per bulan, atau Rp 200 milyar per hari. Dan jumlah pedagang narkoba tentu tidak akan sebanyak pedagang beras. Jika ada 2000 pedagang narkoba besar di tanah air, maka masing-masing bertransaksi Rp 200 juta per hari. Itulah sebabnya walaupun hukuman bagi pengedar narkoba itu sangat berat, tetap saja orang-orang seperti Fredy Budiman terus bermunculan.

Motif ekonomi, semestinya bisa dilawan juga dengan strategi ekonomi. Jangan biarkan keluarga kita menjadi konsumen. Jika saja setiap orang tua Indonesia sanggup memastikan bahwa anak-anaknya tidak menjadi konsumen narkoba, tentu saja termasuk diri mereka juga, maka demand terhadap narkoba akan hilang. Dalam kondisi ini, maka yakinlah bahwa bisnis narkoba akan mati dengan sendirinya. Negara tidak perlu mengeluarkan biaya dan effort besar untuk memerangi peredaran narkoba.