Kutaksir umurnya paling 10 atau 11 tahun, tak akan lebih dewasa dari putriku yang kelas 6 SD. Bajunya lusuh, tapi wajahnya seterang matahari.

“Yang apa, Om?”, mimiknya lucu saat menunjukkan setumpuk koran. Aku merasa tak perlu koran itu, sebagian besar beritanya pasti telah kubaca lewat media online.

“Korannya tidak usah nak. Ini untuk kamu saja”, kuangsurkan lembaran uang.

Ia terdiam sebentar, tetap dengan mimik ceria. Lalu, dipilihnya satu koran dan diangsurkan padaku.

“Eh, tidak usah ..”, cegahku. Tapi ia tetap memaksa, menyerahkan koran itu dengan cara yang lucu ke tanganku.

“Tidak, pokoknya itu buat Om”. Lalu ia berlari dengan langkah riang, sambil mendekap setumpuk koran di dadanya.

Aku terus menatapnya dari kaca, hingga klakson kendaraan di belakang mengingatkan bahwa lampu telah berubah hijau. Tak hanya wajahnya, hati anak itu juga terang seperti matahari. Semoga dunia selalu mencintai dan menjaganya. []