Pernahkah satu waktu, orang-orang menawari anda untuk menikmati kue yang katanya sangat enak. Sayangnya, kue tersebut berasal dari kelompok kue yang bukan kegemaran anda. Tapi karena semua merekomendasikan enak, pada akhirnya kita cicipi juga. Itu yang saya rasakan, saat mencoba menikmati La La Land. Reputasi film ini memang mencengangkan. Selain merajai Oscar dan Golden Globe, Wikipedia mencatat film ini secara total masuk 162 nominasi dan mendapatkan 70 penghargaan di berbagai ajang. Tentu, saya tidak akan mengajukan pertanyaan konyol, semisal, bagus nggak sih film ini?

Hanya saja, film ini adalah tentang drama musikal. Seberapapun usaha saya untuk menikmati, ini tetaplah tentang menyanyi dan menari, dan sedikit komedi. Maka, seperti menyantap kue dengan rasa asing, biasanya saya menyerah dengan cukup mencari-cari di lidah mana yang masih dikenali, seperti rasa manis, gurih, pedas. Akhirnya, karena saya seorang pria, saya mencoba menikmati saja akting Emma Stone yang memerankan Mia. Dan ya, memang bagus. Kelakukan si Mia dengan teman-teman kost-nya ini memang bisa membuat duduk para penonton pria menjadi gelisah. Kelakuan yang sangat perempuan dan alami. Bernyanyi dan menari riang di jalan sambil sesekali mengibas-ngibaskan ujung gaunnya.
Tapi menikmati film bagus, namun bukan dari jenis yang anda suka, dan itu selama 2 jam 8 menit, bukanlah urusan sederhana.

Saya menyerah. Kalau disuruh memilih, saya lebih menyukai untuk mengunyah menu film kesukaan saya saja. Apapun judulnya, asal di situ ada Steven Seagal, Jet Li, atau Jason Statham, langsung bungkus. Atau bahkan kisah liar semacam Game of Thrones, walau harus mencari waktu yang sangat khusus, jauh dari anak-anak. Happy Monday.