Karya: Y. Wibisono

kita ngobrol di sudut café itu
berseberangan meja
aku, dengan segenap lelahku
menarikmu dalam perbincangan yang kaku

marilah, Han
kita ukur dalamnya rentang ini
engkau di utara dan aku di selatan cakrawala

tangan ini adalah persahabatan
andai kau percaya
kurenangi hatimu, ketelusuri matamu
kau tak hangat benar, Han
jiwamu liar gelisah

tanah ini tanah kita
kita hirup udara yang satu dalam nafas kita

Han, baiklah memang
aku bikin garis di meja kita
menembus lantai, dinding dan atap café ini
ini aku, di seberangmu
yang bersedekap dan membisu
aku, patung batu
dan kau porselen mengkilat yang gelisah
kita akan lewati diskusi panjang dengan diam

kau lihat,
kutenggak gelas ini dua kali teguk
dan kau begitu lama

jabat tangan ini, mungkin terakhir
dan kita keluar café
lewat pintu yang beda …

(Jakarta, Citraland, 1997)

Puisi ini terpilih sebagai salah satu pemenang dalam sebuah apresiasi puisi tahun 2004, dan telah dibukukan dalam Antologi Puisi, Cerpen, Esai Sastra Pembebasan (Yayasan Damar Warga, Jakarta)