Ketika mengajar, seorang guru akan mudah mengingat murid yang tak biasa. Entah dari sisi manapun. Sebagai murid, tentu juga melakukan hal yang sama, mudah mengenang guru-guru yang tak biasa, entah dari sisi manapun. Saya mencoba merenung dan mengingat tentang guru-guru saya tercinta. Di TK, saya tak berhasil mengingat dengan baik. Yang saya ingat, saya sering terjungkal saat menaiki ayunan dari ban yang digantung.
Di SD, saya mengenang guru matematika yang galak namun penuh dedikasi. Kami pernah dihukum gara-gara “kothekan”, membuat orkestra dengan memukul-mukul meja dengan alat tulis. Hukumannya harus meniup alat yang digunakan dari ujung meja ke ujung satunya. Untung saya menggunakan pencil, mudah ditiup. Teman saya kasihan, ia menggunakan penggaris tipis yang sulit sekali ditiup. Apapun itu, kami sangat hormat dan mencintai beliau.
Di SMP, saya mengenang guru olah raga saya. Saat berdiri mengajar dan meletakkan tangannya di meja, kami semua sangat yakin bahwa beliau memang guru olah raga. Otot tangannya sangat kekar walau perawakannya sedang.
Saat SMA, saya mengenang seorang guru bahasa Inggris yang memiliki gaya konyol namun sangat disiplin. Mungkin ilmu pelajaran yang diajarkan beliau, saya merasa tidak banyak mendapatkan kemajuan. Namun dari beliaulah saya banyak sekali belajar tentang disiplin, tanggung jawab, dan komitmen. Dan itu saya pegang hingga sekarang.
Selamat Hari Guru Nasional!