Dalam sejarah penerbitan kuno, pekerja media memiliki cara yang unik dalam menyiasati kalimat yang harus muncul lagi di beberapa tempat lain. Konon, mereka mengguntingnya, memperbanyak, lalu menempelkannya ke tempat yang diinginkan dengan menggunakan semacam pasta. Meng-copy dan menempelkan dengan pasta menjadi kegiatan rutin, yang akhirnya menjadi populer dengan istilah Copy-Paste. Lalu pada sebuah proyek di tahun 1973-1976, Larry Tesler memasukkan metode kuno ini ke dalam model digital dengan lebih sederhana. Semua proses guntingan, penggandaan, dan penempelan berlangsung secara virtual di memory komputer. Pada tahun 1981, Apple meresmikan penggunaan Ctrl-C untuk Copy, Ctrl-X untuk Cut, dan Ctrl-V untuk Paste. Langkah ini akhirnya juga diikuti oleh perusahaan perangkat lunak lain, termasuk Microsoft. Mengapa perintah “Paste” menggunakan Ctrl-V, dan bukan Ctrl-P?
Ada dua alasan. Pertama Ctrl-P sudah digunakan lebih dulu untuk perintah Print. Kedua, dalam standar keyboard QWERTY, huruf V adalah lanjutan setelah X dan C.
Copy-Paste adalah sebuah penemuan luar biasa dalam penulisan digital. Tapi, seperti halnya peristiwa yang juga sering menimpa teknologi lain, ia jelas serupa pisau bermata dua dengan sisi-sisi yang sama tajamnya. Di satu sisi ia akan sangat memudahkan pekerjaan penulisan -dalam penggunaan yang benar- tapi di sisi lain ia adalah sebuah penyakit yang sangat membahayakan jiwa kepenulisan. Dalam dunia penulisan ilmiah, kegiatan plagiarisme dengan copy paste akan diperangi dengan habis-habisan. Tapi penyakit ini lantas memilih cara lain untuk tetap bisa menyerang kita. Dengan sangat halus, ia berusaha mengikis habis orisinalitas kita dalam keseharian. Secara perlahan, kita mulai kehilangan kemampuan dan keikhlasan untuk menulis sendiri ucapan duka cita, ucapan ulang tahun, juga ucapan lebaran. Buat apa juga, toh dengan copy-paste semua juga beres. Bahkan bisa langsung ke ratusan atau ribuan orang, hingga tentu saja kita lupa untuk setidaknya tulus menyapa secara personal. Itu bukti kita manusia modern yang efektif, demikian bukan?
Dan pada akhirnya, penyakit ini semakin merajalela ketika secara umum kita bisa menerimanya dan menganggapnya hal biasa. Selamat menikmati sisa libur lebaran!