Nama Michael Acosta mungkin tak berarti apa-apa. Tapi jika disebut Michael de Guzman, masih banyak masyarakat Kaltim yang mengingat. Tentang sosok tubuh yang melayang dari helikopter dan terjatuh di hutan tahun 1997. Jenazah Michael de Guzman ditemukan tak utuh, tertelungkup di rawa.
Sesungguhnya ini bukan hanya soal Guzman. Ia, bersama dua orang lain: David Walsh dan John Felderhoff, adalah trio yang menggegerkan pertambangan dunia di tahun 1996. Mereka memainkan bisnis hoax yang mahal, seharga ratusan juta dolar. Berkat kemasan hoax yang rapi, saham perusahaan mereka, Bre-X, membubung ke angkasa seperti roket. Sebelum akhirnya saham itu terjun bebas setelah terbongkar bahwa sampel yang diambil dari wilayah Busang yang mereka teliti sejak 1993 itu telah dimanipulasi. Sembilan belas tahun kemudian, kisah penipuan luar biasa ini diangkat ke layar lebar dalam film Gold dengan sutradara Stephen Gaghan. Kecuali Indonesia, Soeharto, dan Kalimantan, semua hal lain disamarkan termasuk nama Michael Acosta menggantikan Michael de Gusman. Pembuatan film pun dilakukan di hutan Thailand. Ada penonjolan tokoh Kenny Wells yang diperankan Matthew McConaughey dan Michael Acosta oleh Edgar Ramirez. Film drama yang cukup baik, tapi saya lebih tertarik karena tahu cerita dan cukup mengenal hutan lokasi jatuhnya Guzman.
Banyak yang penasaran dengan kematian Michael de Guzman, salah satunya adalah almarhum Bondan Winarno. Ia, yang dikenal ahli kuliner ini, melakukan investigasi serius dan menerbitkan sebuah buku. Dan demi buku “Bre X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi” itu, ia rela dua kali ke Busang, sekali ke Manila, Toronto, dan Calgary.
Kisah emas Busang, menunjukkan bahwa bisnis hoax sudah tumbuh bahkan sebelum orang ramai menggunakan media sosial. Dan semoga ada pelajaran berharga. Bahwa pelaku hoax bisa berakhir di dua tempat: menikmati penjara, atau melayang dan jatuh di belantara hutan.