Karya: Y. Wibisono

:istriku
Kau tak pernah menulis puisi untukku.
Mungkin tak perlu. Sebab kasih sayangmu
lebih indah dari sajak cinta.
Tidur malammu yang penuh jaga, telah menjelma
lagu malam yang mendayu. Hati yang lapang
pada semua khilaf, serupa hikayat tentang
telaga jernih di hati perempuan. Airmata yang
sesekali menetes di pipi, seperti kristal
berkilauan dalam lukisan embun pagi.
Lalu, puisi apalagi yang kuperlukan?

Hari ini, 12 tahun yang lalu, kugenggam
tanganmu erat.
“Kini, kau nakhodaku”, bisikmu ikhlas.
Aku yang gemetar, membawamu ke atas bahtera.
Angin laut telah meniupkan banyak gelombang.
Dalam terpaannya yang bertubi, kita tersenyum.
Sebab, cinta selalu lebih kuat dari gelombang.
Duabelas tahun, dan kapal itu terus berlayar.
Dengan lebih riang, sebab lewat rahimmu, Tuhan
telah mengirim tiga bocah lucu yang terus
beranjak besar.

Duabelas tahun, kekasih. Perayaan tanpa pesta.
Hanya bisikan sederhana; menjagamu, menyayangmu,
seperti yang terucap 12 tahun lalu!